Minggu, 06 Maret 2011

MALAS, MALAS, DAN MALAS

Saya ini orang yang total. Kalau mengerjakan sesuatu, biasanya total. Jadi kalau saya sedang rajin, saya ini rajiiiiiiiinnnnn sekali. Saya bisa kerja dari pagi sampai malam. Tapi kalau saya sedang malas, anda bisa menebak sendiri kata-kata selanjutnya. Iyak, Hmmm saya bisa jadi malaaaaaaaaasssss sekali.

Saya hari ini sudah hampir seharian tidak keluar rumah. Dari semalam sampai matahari naik setinggi ubun-ubun, saya masih saja tergeletak seperti orang yang hampir meninggal di tempat tidur. Jam 12:54 siang, mata saya juga masih saja mau merem lagi. Dan lucunya sepanjang saya tiduran dan tidur beneran di kasur saya yang busa tapi murahan ini, saya kok ya bisa-bisanya tetap bermimpi. Mimpi beneran lho, itu bukan metafor.
Biasanya, saat saya sedang malas seperti ini tidak ada seorang pun yang bisa mengganggu saya. Jika diganggu, hmmm saya tidak segan-segan mengucapkan kata yang menrut saya lumayan kasar agar si penggangu tau kalo saya sedang TIDAK INGIN DI GANGGU. Sikap saya itu sudah sangat sering terbukti menyebabkan orang-orang di sekitar saya marah dan kadang-kadang tersinggung mungkin. Tapi saat sedang tidak malas seperti ini…saya lumayan baik, ramah, sopan, dan rajin. Bahkan saya bisa melakukan apapun untuk orang lain yang butuh bantuan saya walaupun kadang-kadang tak masuk akal.
Hufffh, balik lagi ke keadaan malas saya sekarang ini… hal yang paling ampuh membuat saya bangun dari tempat tidur adalah: rasa lapar. Anehnya, saya sama sekali tidak merasa lapar, bahkan sampai saat ini. Fenomena apakah ini??

Tapi saya malas juga kalau saya sebentar lagi merasa lapar, karena saya malas sekali mencari makan. Saya ingat-ingat lagi, semalam saya makan apa, mungkin rahasianya terletak di situ.
Semalam, karena MALAS mencari makan, saya cuma makan mie instan dan roti tawar, lalu saya minum segelas susu, minum air putih, makan pisang sale, dan sepotong kecil coklat. Adakah yang sekiranya mencurigakan?? Saya kira tidak.

Saat ini saya tidak punya keinginan makan pagi, atau makan siang. Saya cuma khawatir kalau-kalau nanti saya lapar, karena hal itu akan mengusik kemalasan saya. Tapi rasa khawatir kalau nanti saya lapar itu juga tidak mendorong saya untuk bangun. Satu-satunya hal yang berhasil membuat saya bangun, dan duduk di sisi tempat tidur sekarang ini, adalah keinginan saya untuk menggerakkan jari untuk menulis.

Saya mandi teratur. Makan juga teratur. Minum juga teratur. Nyuci baju, bersih-bersih lantai, nyuci piring. Selain aktivitas-aktivitas itu, nginternet juga jalan terus, kerja bikin karya tulis, dan kalau bosan, aktivitas tersebut saya selingi dengan menonton dvd dan film dokumenter dari Google.

Saya tidur pada pukul dua pagi dan saya bangun kira-kira saat shalat subuh. Melirik jam di handphone sebentar, lalu tidur lagi sampai jam sembilan. Jam sembilan saya dengar rutinitas yang seperti biasa terjadi di depan kos saya, tepatnya di kosan putra sebelah kosan saya.. berupa: sekumpulan ibu rumah tangga pada jongkok di jalanan cerita ini itu.. macam arisan saja. Saya bisa mendengar mereka khasak khusuk suaranya campur aduk satu sama lain. Saya terganggu. Tapi saya tidak peduli, toh saya tidak akan keluar rumah dan menampakkan diri saya di hadapan mereka pagi itu karena saya sedang melancarkan acara “Ngendon di Dalam Kamar” Tapi, walaupun saya tidak sedang melancarkan acara “Ngendon di Dalam Kamar”, saya juga ogah menampakkan diri di depan ibu-ibu tersebut. Tidak ada kepentingan dan tidak ada keinginan. He he he..

Tadi pagi saya punya keinginan keluar kamar. Saya mau liat2 keadaan kamar teman-teman lain di kosan. Setelah hujan pagi hari reda, (entahlah hujan atau tidak..rasanya seperti hujan) pukul 10 lewat beberapa menit saya membuka pintu kamar. Tidak beruntungnya, karena saya berpapasan dengan seorang teman kosan saya yang baru keluar kamar juga. Kita memang bersebelahan kamar. Seorang adek tingkat di kampus. Seseorang yang termasuk orang yang saya hindari, bahkan anak2 kamar lain juga menghindarinya jika tidak ingin menjadi migrant. Ha..hahhaa..ha pokok men nih anak aneh bin ajaib..dibilang polos ga polos..hmm sok kenal sok deket gtu lah…keselnya lagi udah hampir setaon nih adek kos disini, blm juga dy ngerti kalo anak2 dikosan punya respon miring sama dy, apalagi respon saya ke dy. Udahan dlu ngebahas nih anak… tar malah kesenengan nih anak diomongin (Kok bs kesenengan??? hahahaa susah deh mendeskripsikan nih orang. Kalo udah ketemu yang kayak gini… Cuma bisa blg “kok ada orang kayak gini ya…???”)

“Mbak ada di kamar toh? Saya pikir nggak pernah ada dikamar.” (dengan aksen ‘medok jawa’ medooook bangeeeet..hahahaaa)
“Iya. Saya ada di rumah kok. Sudah tiga hari di dalam terus. Saya nggak keluar.”
“Ooh.. kok kelihatannya nggak pernah ada orangnya.”
Saya tersenyum. Pikir saya: “Emang mesti sliwar sliwer biar dilihat kalau saya ada di rumah, gitu ya? Apa perlunya?”
“Kok tumben ada dikamar gitu mbak?”
Yaaa elaaah ni anak…saya maen diluar terus-terusan salah..saya dikosan juga salah. Errrgggh.

Saya berpikir. Heran. Saya nggak pernah keluar, nggak pernah mengganggu orang-orang di lingkungan saya. Tapi kok nih orang melihat saya dengan curiga ya? Apa karena saya lumayan penyendiri? Apakah karena saya terlihat melakukan semuanya sendiri, dan ini tampaknya tak wajar? Atau karena saya beraktivitas di kamar terus dan tidak berisik sehingga tampak macam teroris? Teroris.. apa mungkin saya ada tampang teroris ya? Mungkin mereka pikir jaringan teroris itu mengubah strategi operasinya, mereka sekarang menggunakan cewek-sewek imut untuk melancarkan operasinya, karena cewek imut jauh dari kecurigaan sangkaan sebagai subyek yang terlibat dengan jaringan teroris. Hmm.. muter-muter ya kalimatnya? Ho oh. Bodo ah..

Yang bener aja!!!


Inilah hal yang saya kurang sukai dari tinggal di kosan yang seperti ini??
Selalu ada kewajiban-kewajiban sosial yang dibuat-buat. Ada prasangka-prasangka dan kontrol sosial yang keliwat melanggar batas privasi individu.
Kalau saya lihat-lihat, saya ini adalah tipe manusia yang senang berstatus invisible. Tidak suka keramaian. Urusan saya ya punya saya saja, dan saya tidak akan mengganggu orang lain. Saya mau pulang seminggu sekali, ya urusan saya. Saya mau diam-diam saja di rumah, urusan saya. Saya mau nggak buka pintu depan tapi pintu belakang saja, itu juga urusan saya.
Saya bayar kosan, saya bayar listrik. Saya bayar internet saya sendiri. Semua rutin tiap bulan. Saya manusia bebas. Kok Mbak Medok itu sewot lantas nanya-nanya saya macam Polwan? Petugas sensus saja tidak segalak itu. Walah..walaah beneran bentar lagi migrant nih…

Cukup antisosial kah saya?? Ember.

Lama-lama saya pikir saya paling cocok saja tinggal di tempat sangat privat yang bernama apartment. Hua ha ha ah ah…duit dari manee???
Singkat kata, saya akan lanjutkan cerita tentang rencana bermalam dan ngendon di kamar selama yang saya mau. Nah, saya sudah persiapkan segala sesuatu untuk sukses menjalankan acara “Ngendon di Dalam Kamar”, dari mulai membeli berbagai macam bahan makanan siap/cepat dikonsumsi yang terdiri dari buah-buahan, roti, selai, susu, butter, mie instan (saya benci mie instan, tapi kali ini saya sediakan juga), dan telur. Beras.. Hmm.. saya tidak sedia beras. Tahu nggak kenapa sebabnya? Ya, karena saya bukan seorang penjual beras. Selain itu, percuma rasanya punya stok beras karena saya tidak piara ayam, dan saya tidak punya rice cooker untuk mengubah beras menjadi nasi.Kalau ada yang bilang: “kenapa nggak masak nasi pakai dandang atau panci?”, akan saya jawab: “Cerewet ah, namanya aja lagi males!”

Nah, selain menyetok bahan makanan untuk beberapa hari, berhubung salah satu teman saya yang bernama Mas Dodi mempunyai bisnis sharing internet, saya daftar deh jadi salah satu anggotanya. Sebulan bayar Rp 100.000. Wah..senangnya hati saya. Apalagi setelah tahu bahwa koneksi internet yang digalakkan oleh ‘Mas Dodi and Crew’ itu lumayan cepat; yaaah walaupun tidak melebihi kecepatan koneksi internet mobile 3.5 G. Yee.. yang penting lumayan murah laaah…sesuai prinsip ekonomiku, kerenan koneksi internet yang baru saja saya miliki ini dong. Wek!). Nah, kawan-kawan, saya ulangi lagi bahwa saya sangat senang karena keanggotaan saya sebagai pelanggan internet, membuat saya lebih optimis bahwa saya bisa melangsungkan acara “Ngendon di Dalam Kamar Kos”. Bahkan saya tidak perlu ke kampus, karena saya libur kuliah selama 3 hari..dari hari sabtu, minggu, dan senin. Tataratat ta taaaaaat…. Terima kasih Mas Dodi.. cukup memperbaiki mood.

Hmm… sudah jam 13:20 siang.

Semoga saya tidak lapar sampai pukul 6 sore.

Saya mau ke toilet, mandi, shalat zuhur, lalu ke tempat tidur dan menggeletak lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar